Pesona Musik Kolintang di Acara Kunci Taon Kawanua 2021

by - January 24, 2022

Kolintang merupakan alat musik tradisional khas Minahasa Sulawesi Utara berupa bilah-bilah kayu yang bisa menghasilkan alunan nada yang indah. Kayu yang dipakai untuk membuat Kolintang adalah kayu lokal yang ringan namun kuat seperti kayu Telur (Alstonia sp), kayu Wenuang (Octomeles Sumatrana Miq), kayu Cempaka (Elmerrillia Tsiampaca), kayu Waru (Hibiscus Tiliaceus), dan sejenisnya yang mempunyai konstruksi serat paralel.

Dimainkan secara ansambel, Kolintang biasanya ditampilkan untuk mengiringi tarian tradisional, acara adat dan keagamaan maupun penyambutan tamu. Pada tahun 2013, alat musik kolintang dari suku Minahasa Sulawesi utara diakui sebagai warisan budaya tak benda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Saat ini, Indonesia masih memperjuangkan status Kolintang agar diakui oleh UNESCO.
Alat musik Kolintang khas Minahasa (sumber: indonesiakaya)

Cerita Legenda Asal Muasal Kolintang

Pada zaman dahulu kala, ada sebuah desa yang indah bernama To Un Rano yang sekarang dikenal dengan nama Tondano. Di desa itu, hiduplah seorang gadis yang kecantikannya tersohor ke seluruh pelosok desa. Banyak sekali pemuda jatuh hati kepadanya. Sang gadis, Lintang namanya, terkenal pandai menyanyi dan suaranya pun nyaring serta merdu.

Suatu hari, sebuah pesta muda-mudi diselenggarakan di To Un Rano. Makasiga, seorang pemuda gagah dan tampan, yang memiliki keahlian di bidang ukir-ukiran turut menghadiri acara tersebut. Singkat cerita, Makasiga jatuh hati pada pandangan pertama kepada Lintang.

Untuk menunjukkan keseriusannya Makasiga pun segera meminang Lintang, yang diterima dengan satu syarat yaitu Makasiga harus mencari alat musik yang bunyinya lebih merdu dari seruling emas. Sebagai seorang pengukir handal, Makasiga pun menerima tantangan dari Lintang sekaligus untuk membuktikan cintanya.

Makasiga pun segera berkelana keluar-masuk hutan untuk mencari alat musik yang diinginkan Lintang. Pada suatu hari, dia membelah-belah kayu untuk kemudian dijemurnya. Setelah kering, belahan kayu itu diambil satu persatu dan dilemparkannya ke tempat lain. Saat itulah terdengar bunyi-bunyian yang amat nyaring dan merdu. Makasiga senang bukan kepalang. Ini dia yang dicari-cari pujaan hatinya!

Itulah cerita legenda asal muasal alat musik tradisional kebanggaan suku Minahasa yang biasanya disebut dengan Kawanua. Wah, istilah apa ya ini? Yuk kita bahas lagi...
Sambutan Ketua Panitia Acara Natal Kunci Taon Kawanua 2021

Mengenal Kerukunan Keluarga Kawanua

Dalam bahasa Minahasa, Kawanua sering diartikan sebagai penduduk negeri atau wanua-wanua yang bersatu menjadi "Mina-Esa" (Orang Minahasa). Kata Kawanua berasal dari bahasa Melayu Tua (Proto Melayu), yang bisa diartikan sebagai wilayah pemukiman. Hal ini bisa disimpulkan seperti itu karena beberapa ribu tahun yang lalu, bangsa Melayu tua telah tersebar di seluruh wilayah Asia Tenggara hingga ke Kepulauan Pasifik. 

Kawanua dalam terjemahan bebas dari bahasa Minahasa bisa juga diartikan sebagai teman sekampung. Istilah ini sering dipakai orang Minahasa jika berada di perantauan. Kerukunan Keluarga Kawanua hadir untuk mewadahi orang-orang Minahasa yang merantau baik ke kota atau pulau lain hingga ke negara lain.

Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK) didirikan di Jakarta pada 21 Mei 1973 yang memiliki badan hukum sebagai perkumpulan yang akta pendiriannya sudah mendapatkan pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM RI. Visinya adalah untuk mewujudkan dan mengamalkan falsafah leluhur orang Minahasa, yaitu Si Tou Tou Tumou Tou yang maknanya adalah manusia hidup untuk memanusiakan orang lain.

Dibawah kepemimpinan Irjen Pol. (Purn.) Dr. Ronny Franky Sompie, S.H., M.H selaku Ketua Umum Kerukunan Keluarga Kawanua aktif memfasilitasi dan menggelar berbagai kegiatan untuk ajang silaturahmi para Kawanua di berbagai daerah di Indonesia.
Sambutan Ketua Kerukunan Keluarga Kawanua

Musik Kolintang di Acara Natal Kunci Taon Kawanua 2021

Pada Jumat 21 Januari 2022 yang lalu, Kerukunan Keluarga Kawanua menggelar acara Kunci Taon yang merupakan suatu tradisi orang Minahasa untuk menutup berbagai rangkaian ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME) karena telah berhasil melalui tahun lalu. Kegiatan ini tidak hanya dilakukan di tanah Minahasa melainkan juga dilakukan para perantau (Kawanua).

Karena masih dalam suasana pandemi, acara ini pun digelar secara virtual dan luar biasa antusias dan kekompakan para Kawanua di seluruh pelosok Indonesia bahkan hingga ke luar negeri ikut serta menyimak acara ini. Tema yang diangkat dalam perayaan Kunci Taon Kawanua 2021 ini adalah “Kasih Kristus Menggerakkan Persaudaraan Kawanua”.

Walau hanya dipersiapkan hanya dalam kurun waktu 12 hari, acara Kunci Taon Kawanua 2021 yang digelar secara virtual dan berlangsung selama 3 jam 30 menit terbilang sukses terlihat dari antusias peserta di Facebook (2,9K views), YouTube (2,1K views), dan Instagram.  Acara Natal Kunci Taon 2021 kemarin juga turut dihadiri langsung Bupati Minahasa Utara, Joune Ganda, SE. 
Hiburan musik Kolintang dalam acara Natal Kunci Taon 2021
Nova Sumolang selaku Ketua Panitia Acara Natal Kunci Taon Kawanua 2021 dalam sambutannya mengajak dan memberikan pesan kepada seluruh anggota Kerukunan Keluarga Kawanua, “Harapan saya, kita dapat bersatu hati dan bersama-sama saling menopang satu dengan yang lainnya agar langkah kebersamaan yang kita bentuk dapat menjadi kekuatan bagi kita semua dan mampu memberikan manfaat bagi sesama."

Dalam Natal Kunci Taon Kawanua 2021 ini, bertabur penampilan para artis diiringi kolintang, alat musik pukul tradisional minahasa yang dibawakan oleh Pinontoan Bersaudara didukung dengan string session, saxophone, serta beberapa alat-alat musik modern. Diantaranya ada penampilan dari Putri Bilanova, Randy Lapian, dan Ermy Kullit serta dipandu oleh Marthen Kandouw dan Lois Merry Tangel, Putri Pariwisata 2016. 

Para kawanua dari luar negeri sangat mengapresiasi acara #natalkuncitaonkawanua2022 yang menggunakan kolintang sebagai musik pengiring, membuat mereka teringat dan rindu kampung halaman. Tentunya, menjadi harapan kita bersama bahwa Kolintang kelak mendapat pengakuan UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Salah satu syarat agar Kolintang menjadi Warisan Budaya di tingkat Internasional adalah penggunaan musik kolintang oleh warga masyarakat sebagai kebutuhan sehari-hari.

Kolintang saat ini memang menjadi bagian tak terpisahkan bagi masyarakat Minahasa khususnya yang mayoritas beragama Kristen. Sehingga Kolintang acapkali dilibatkan sebagai musik pengiring acara adat dan keagamaan. Secara nasional, Kolintang bisa menjadi hiburan musik untuk menyambut tamu-tamu kenegaraan loh!

Nah, sebagai penutup mari kita berdoa bersama-sama agar segera ada kabar baik terkait pengakuan UNESCO untuk alat musik Kolintang kebanggaan Indonesia. Saya mengucapkan selamat bagi teman-teman #kawanuabersukacita semoga tahun 2022 dapat dijalani dengan usaha terbaik kita. Dan, untuk yang mau menyaksikan kembali acara Kunci Taon Kawanua 2021 bisa disimak melalui channel YouTube ya!

You May Also Like

0 Comments