Imbas Banjir Awal Tahun, Garut-Jakarta Ditempuh Selama 20 Jam

by - January 05, 2020

Selamat tahun baru semuanya. Awal tahun biasanya dipenuhi dengan suka cita perayaan menyambut tahun yang baru. Setiap orang memanjatkan doa dan memiliki harapannya masing-masing untuk kehidupan yang jauh lebih baik di tahun 2020 ini. 
banjir jakarta 2020
Ilustrasi banjir. Sumber: Pixabay.
Saya memutuskan untuk berlibur di Garut di tempat adik saya. Di sana jarang sekali terdengar gelegar kembang api yang biasanya lazim menandai pergantian tahun. Hal ini dikarenakan peraturan Pemda setempat yang melarang pesta kembang api. 

Tapi, kemarin kami cukup beruntung karena masih ada warga yang 'bandel' dan menyalakan kembang api. Lumayan hiburan ditengah acara barbekyuan sederhana kami, jagung dan sosis bakar yang cukup bikin happy dan perut kenyang.

Akhirnya, tibalah saatnya kembali pulang ke Jakarta. Seperti biasa, saya memilih moda transportasi bis yang murah meriah karena tidak sedang terburu-buru juga. Seperti perjalanan biasanya juga, saya membeli cemilan untuk iseng ngemil selama di jalan. 

Oh ya, trip kali ini saya berdua sama anak lelaki kesayangan. Untungnya, dia termasuk anak yang gak rewel selama perjalanan. Kami naik bis Primajasa jurusan Garut-Jakarta dari Terminal Guntur. Dan, tidak ada info apapun sebelumnya bahwa perjalanan kami akan terhambat dan terganggu. Waktu saat itu menunjukkan pukul 1 siang hari.

Di tol Cipularang memang sudah terlihat kepadatan arus balik tahun baru ini. Tapi, saya masih belum curiga sama sekali. Saya pikir, oh ya ini mungkin macet seperti biasa puncak arus balik setiap libur hari besar. Saya dan anak saya pun terlelap berharap ketika membuka mata kami sudah sampai di Jakarta. 

Dan kecurigaan saya pun dimulai ketika seluruh kendaraan diarahkan keluar di pintu tol Cikarang Barat. Saya mulai rajin memantau info di Twitter.  Saat itu, waktu sudah menunjukkan waktu adzan Maghrib. Kami pun mulai membuka perbekalan karena perut rasanya mulai lapar juga. 

Waktu berlalu, sudah total 10 jam kami di dalam bis dari Garut menuju Jakarta. Pegal rasanya kaki dan dinginnya AC di dalam bis membuat dorongan untuk buang air kecil makin besar. Duh, tapi ini antah berantah entah di mana. 

Ternyata, saya tidak sendirian. Penumpang lain pun mulai resah. Apalagi supir mulai sesekali mematikan AC dan mesin mobil untuk menjaga stok bbm-nya. Jujur, saya mulai agak parno karena bis AC kan biasanya jendelanya gak bisa dibuka. 

Ingatan saya langsung mengarah ke tragedi kemacetan arus mudik/balik di Brebes yang memakan korban. Berkali-kali saya bertanya dan mengingatkan anak saya jika terasa nafasnya sesak. Apalagi, mulai terdengar tangisan bayi di dalam bis yang mungkin mulai pengap juga karena mesin bis dimatikan.

Keluarga saya pun memantau lokasi saya melalui live share location di aplikasi Whatsapp. Mereka mencari berbagai bala bantuan untuk mengevakuasi kami yang juga mulai resah. Beruntungnya saya memiliki anak lelaki yang tidak rewel. Alhamdulillah sepanjang malam dia tertidur. 

Sudah sekitar 4-5 jam kami tertahan dalam kemacetan total di Cikarang. Saudara saya yang tinggal di Cikarang pun berusaha untuk menjemput dan mengevakuasi kami. Tapi, saat itu kondisinya malam dan susah menentukan titik temu karena kami berada di sisi kali dan di pinggir jalan hanya terlihat bedeng-bedeng khas Madura. 

Dan benar saja, ketika kami sudah turun bis, hujan pun kembali turun cukup deras diiringi dengan kilatan petir. Anak saya pun akhirnya ketakutan dan mulai menangis merengek untuk naik kembali ke dalam bis. Karena kondisi sedang macet total, kami pun bisa kembali ke dalam bis dengan kondisi basah, untungnya saya memberikan sebuah rompi untuk menutupi tubuh dan kepala anak saya sehingga ia tidak terlalu kuyup. 

Setelah kembali duduk didalam bis, saya pun mengganti baju anak saya yang rada basah. Dia pun kembali melanjutkan tidurnya karena merasa kembali nyaman di dalam bis. Gelisah mencari solusi lain, saya pun akhirnya terlelap setelah lelah mencari hotel terdekat untuk beristirahat sejenak daripada terjebak macet total di dalam bis.

Matahari sudah bersinar menyapa dari balik kaca bis ketika saya terjaga. Dan, tebak posisi kami dimana? Ya, benar sekali masih di Cikarang! Perut saya pun mulai perih pertanda lapar, tapi di jalan antah berantah ini susah mencari makanan. Tukang mi instan pun laris manis diserbu semua orang yang ikut terjebak kemacetan yang melelahkan ini. 

Secercah harapan datang. Papa saya menghubungi temannya yang tinggal di sekitar situ untuk menjemput saya. Seluruh penumpang terlihat pasrah sekaligus lelah. Saya pun mencoba menghubungi seorang teman yang kantornya berlokasi di sekitar area Cikarang. Dia pun segera meluncur ke lokasi saya dan menjemput kami tepat begitu bis memasuki area Cibitung. Lega sekali rasanya bisa keluar dari bis. 

Setelah sarapan di kantor teman saya tersebut, saya pun segera memesan ojek online untuk melanjutkan perjalanan ke arah rumah dengan kereta commuter tujuan Bekasi-Kota. Nggak sabar rasanya ingin segera merebahkan badan di kasur dalam kamar tercinta. 

Ojek yang kami tumpangi pun harus mencari rute karena banyak jalan yang ditutup akibat terkena musibah banjir. Papa siaga saya pun segera menjemput anak dan cucu kesayangannya di stasiun Klender Baru. Wajahnya pun terlihat kelelahan karena mungkin khawatir juga semalaman dengan kondisi kami yang terjebak macet total terlama sepanjang hidup saya.

Kemacetan total yang terjadi ini merupakan imbas dari banjir besar yang melanda Jabodetabek. Tol Cikampek pun rupanya mengalami banjir yang cukup parah. Banyak kendaraan terjebak saat banjir terjadi. Oleh karena itu, pihak Jasa Marga dan pihak berwenang pun mengalihkan arus kendaraan keluar tol Cikarang Barat dan melalui jalur non tol via Kalimalang.

Musibah banjir ini musibah kita bersama. Tidak ada manfaatnya juga hanya mencaci maki pejabat tertentu atau pemerintah. Kita harusnya fokus untuk evakuasi dan solusi penanganan banjir. Masalah evaluasi, nanti lah bisa dibahas setelah semua korban banjir mendapatkan bala bantuan. 

Tidak perlu juga sibuk berceramah bahwa ini azab. Karena sungguh, omongan seperti itu sama sekali nggak membantu para korban banjir dan yang terjebak macet total seperti saya. Kalo kita masih punya hati, yuk belajar empati terhadap duka dan kesulitan orang lain. Kalo kamu nggak bisa banyak membantu, cukup diam, atau berdoa atau bagikan informasi yang baik dan berguna.
Tulisan ini sudah dimuat dan jadi artikel pilihan editor di Kompasiana saya.

You May Also Like

73 Comments

  1. Yaa apapun itu jadikan tahun 2020 ini lebih baik dan menjajikan dari tahun sebelumnya. Meskipun harus berjibaku dengan banjir yang boleh dikatakan cukup deras hingga hampir seluruh wilayah Jakarta lumpuh, hal hasil perjalanan jadi sedikit terganggu bahkan membutuhkan waktu yang cukup panjang.😄😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, setuju banget mas tahun 2020 harus jadi tahun yang the best deh. Harap bersabar, ini ujian kita bersama :D

      Delete
  2. Kirain aku saja, ternyata banyak juga korban macet di Cikarang ya kak.

    Aku juga terjebak macet sejak Karawang timur. Dari jam 9 pagi sampai Cikarang jam 2. Akhirnya jam 5 sampai juga di tambun Bekasi lalu aku putar haluan masuk pintu tol tambun. Alhamdulillah lancar disana tak ada kemacetan. Aku terjebak macet hampir 15 jam..😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas, itu sih banyak yang kejebak massal secara akses tol ke Jakarta banjir jadi semuanya keluar tol Cikarang. Puas banget lah itu kejebak macet. Saya aja baru ngalamin macet kaya gitu.

      Delete
    2. Mending tol Cikarang, saya sejak tol Karawang timur udah disuruh keluar, kirain keluar tol lancar, ternyata malah parah paket banget...😂

      Delete
  3. wah, iya aku juga mau keliling jakarta juga jadi susah karena harus mencari jalan alternatif untuk sampai ke tujuan :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, peer banget jadi harus muter-muter. Semoga ke depannya pemerintah juga bisa lebih antisipasi yaa. Plus harus digalakkan juga sih kalo perlu ada denda besar untuk yang buang sampah sembarangan.

      Delete
  4. Wah, suamiku sempat 7 tahunan dinas di Schneider Cikarang waktu itu. Memang kadang terjadi banjir, tapi tahun ini ternyata lebih dahsyat ya. Membuat kemacetan hingga berjam2 begitu. Betul mbak, setuju deh kita ga usah saling menyalahkan pejabat dll. Orang buang sampah sembarangan itulah yang perlu diobati dulu. Semua dimulai dari yang kecil.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betu mba, ga ada gunanya juga debat kusir apalagi cuma hal terminologi. Mending fokus di solusi. Dan kalo perlu bikin tuh peraturan yang ketat untuk yang buang sampah sembarangan.

      Delete
  5. Duh kebayang yah terjebak dalam macet, di bis pula. SAya termasuk yang suka kesal kalau macet huhu apalagi sampai 10 jam gitu. Masalah banjir, malah rame saling menyalahkan huhu ku makin sedih deh, bukannya nyari solusi yah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eimm, sekarang fokus aja dulu sama solusi, masalah salah siapa mah nanti biar itu urusan yang berwenang lah.

      Delete
  6. Siapa yang menolong sis di tengah kemacetan itu sis. Kasih tau donk disini kali aja kenal

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya anda laaah kak... makasih banget loh... udah pegel bin encok tuh pinggang soalnya mana dekil and the kumel pula. Ampun deh.

      Delete
  7. Sudah waltunya kita untuk tidak berhura hura lagi, mungkin ini sebuah teguran akan rasa syukur yang seharusnya kita kita lakukan di malam pergantian tahun baru, bukan malah berhura hura tidak jelas, 😥

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan soal perayaan tahun baru menurut saya masalahnya kak, tapi habit kita harus direvolusi alias biasakan tertib buang sampah pada tempatnya dan pemerintah juga harus lebih antisipasi apalagi musim hujan gini.

      Delete
  8. MasyaAllah.... banyaaak banget cerita di musibah banjir Jkt kali ini ya Mba.
    Semoga ALLAH berikan pahala kebaikan berlipat ganda utk para relawan
    Semoga ALLAH berikan solusi dan jauhkan kita semua dari marabahaya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba saking banjir dimana-mana jadi imbasnya juga kena dimana-mana. Jadi musibah bersama lah ini. Aaaamiin ya mba semoga kita selalu dalam lindungan Allah.

      Delete
  9. Ya Allah, Mbak...macet emang nyebelin ya...tapi kadang kita harus menerimanya karena ada satu musibah.

    Ya, daripada menyalahkan lebih baik kita intropeksi dr mulai diri sendiri dan lakukan persiapan next di setiap musim hujan.

    Saya berhenti main twitter, hanya share link tutup, hbs komen yang nurut saya netral malah dikroyok..males banget habisin energy. Karena makian itu hanya energy negative.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mba, jujur kesel sih kena imbas banjir ini, tapi pas udah tenang ya udah diterima dan dijalanin aja. Gak perlu lah debat kusir gada solusi.

      Delete
  10. Kekhawatiran yang sama kami alami ketika keluarga Blogger Cihuy, Elisa Koraag (admin Ladiesiana) bersama keluarga, pulang dari rumah kami di Cianjur Selatan menuju Tangerang. Selasa 31 Desember 2019.

    Alhamdulillah meski sempat macet di Puncak, bisa keluar juga dan langsung naik KRL dari Bogor. Alhamdulillah sampai rumah jam 9 malam. Bisa merayakan malam tahun baru bersama keluarga besar meski besoknya hikz... Kabar duka banjir itu membuat kami bersedih lagi.

    Semoga ya kita bisa mengambil hikmah dari semua ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba, banjir kali ini banyak yang merasakan imbasnya dan jadi korban. Semoga cepat tertangani juga ya.

      Delete
    2. Amin...
      Pasti ada pelajaran serta hikmah dari semua kejadian ini

      Delete
  11. Iya banget, ngomel ke pejabat cuma bikin tambah stress
    Alhamdullilah semua mendukung mbak Shyntako dalam perjalanan ya?
    Mulai dari anak yang ngga rewel dan kerabat yang menjemput

    ReplyDelete
    Replies
    1. Banget mba, alhamdulillah banget hikmahnya banyak yang peduli dan mau bantuin.

      Delete
  12. Semoga keadaan segera kembali seperti sedia kala ya Mba Shyntako.
    Aku teringat saat liburan akhir tahun di tahun 2001 akhir mau masuk ke 2002.
    Medan hujan 5 hari berturut-turut.
    Saya dan teman pergi ke danau Toba bareng keluarga tutor English kami.

    Ternyata banjir hingga memutuskan jembatan di Deli Serdang (dulu) Sekarang namanya Serdang Bedagai.
    Dan perjalanan kami Medan danau Toba yang paling lama hanya 5 Jam jadinya 30 jam.
    Luarrr biasa.
    Saya ingat tidur di mobil. Dan harus menahan buang air kecil selama 20 jam. Sepanjang mata melihat hanya bus dan mobil terparkir di jalan karena banjir

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu juga saya ngalamin mba harus nahan pipis karena lokasinya entah dimana, gada rumah warga juga untuk ikut numpang pipis kok ya sungkan rasanya.

      Delete
  13. Kebayang gak enaknya kena macet selama itu mbak. Tapi ya benar banget, bukan waktunya saling menyalahkan. Semoga semuanya bisa segera membaik yaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Duh, asli gak enak banget rasanya kak. Pengen ngomel tapi mau marah sama siapa juga. Jadinya kesel sendiri.

      Delete
  14. Kemarin juga sempat terjebak ketika menuju BSD dari Priok..jalan Tol penuh dengan genangan ... ya setelah perjuangan mutar sana sini akhirnya sampai juga ke rumah ... hiks... tega yang menghubungkan ini dengan azab dari Tuhan, lebih baik diam kalau tidak bisa membantu sama sekali.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya peer banget kak harus muter caari jalan karena dimana-mana banjir. Ini musibah bersama harus introspeksi bersama-sama juga seluruh pihak.

      Delete
  15. Pengalaman yang wow banget di awal tahun. Untung kamu sabar, kalo' aku nggak tahu lagi deh ngadepin macet yang berjam-jam ituh... Di jogja kalo macet bentar aja udah panas nih kepala, wqwq

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini kejebak macet terparah yang aku pernah alamin sih mba. Gak mau keulang lagi deh.

      Delete
  16. Parah banget macetnya ya. Tahun ini kayaknya banjr memang luar biasa banget. Sampai saat ini juga masih banyak berita banjir, terutama di ibukota.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba paarah dan lebih luas plus banyak yang kena banjir plus kena imbasnya juga tahun ini

      Delete
  17. Masya Allah Mba Shin. Untung si abang kooperatif yaaa, gak rewel. Alhamdulillah. Duh kalo saya udah ikutan nangis itu dalam bis duduk lebih dari 10 jam. Ampuuuuuun. Semoga banjir cepat surut ya mba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ampuuun mba Muthe, ini kejebak macet terparah yang pernah aku alamin sih

      Delete
  18. wah turut prihatin mba. duh ga membayangkan ya bawa bayi di dalem bis. jadi inget anak saya yg masih 1 tahun, pasti lebih horor jadinya

    ReplyDelete
  19. Jadi kebayang gimana kondisi yang Mbak alami saat terjebak macet apalagi dengan bawa si kecil. Untung adeknya nggak terlalu rewel yang dan syukur pula bisa keluar dari kemacetan meski sudah terjebak lama sekali. Yap, daripada berkomentar jelek terkait bencana banjir yang diawal tahun ini cukup kita diam atau turut membantu dan mendoakan saudara2 kita yang menjadi korban banjir.

    ReplyDelete
  20. Seorang teman share rumahnya kebanjiran di grup WA. Lalu teman lain komen, banjir menghapus dosa tahun yl.
    Ngeselin komen kayak gitu, menurutku. Bagus diem aja, doain, ngasih bantuan ato apa gitu...
    Btw...Mb Shyn udh turun trs masuk lagi ke bis yg dr Garut itu? 20 jam hampir sehari semalam. Duh, untung si Adek cukup ngerti ya ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba itu aku udah turun karena tadinya janjian mo dijemput sepupuku, tapi tiba-tiba ujan lagi jadilah naik lagi ke bis karena bisnya juga gak jalan-jalan hehehe

      Delete
  21. Musibah banjir kemarin mengingatkan kita untuk selalu menjaga lingkungan, bukan cari siapa yang salah.
    Semoga korban banjir bisa diberi kesabaran dan keikhlasan ya...

    ReplyDelete
  22. Mbak bedeng-bedeng khas Madura iti seperti apa ya? Kebetulan nih saya juga orang Madura. Hehehe. Setuju banget mbak. Dalam kondisi ini kita harus lebih fokus untuk saling membantu dan memecahkan masalah bersama. Bukannya saling menyalahkan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe, maaf mba maksudnya itu kaya gudang tempat nyimpan besi-besi mba, di sekitaran situ mayoritas yang punya Madura.

      Delete
  23. Astaghfirullah. Nggak bisa membayangkan capeknya. Bawa anak kecil pula yg rawan sakit kalau kecapekan. Alhamdulillah punya teman yg bisa dimintai tolong. Teman memang aset yg sangat berharga, kudu dijaga. Aku barutau kalau bus AC itu nggak bisa dibuka jendelanya. Suamiku yg sering naik bus. Kalau macet gitu, busnya juga rugi bbm. Semua susah kalau banjir. Kalau mau hidup lancar harus bekerjasama, tidak saling menyalahkan.

    ReplyDelete
  24. Duh saya kok jadi ikut deg deg an baca ceritanya. Alhamdulillah sudah terlewati ya mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah sudah lewat mba, gak mau keulang lagi deh

      Delete
  25. Sudah kudugem kalau ini berkaitan ama story nya mb Gina yang waktu itu cerita nolongin mb Sinta ama si jagoan. hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahahahha,, sudah kudugem yaa... tapi parah banget sih itu, untung ada yang bisa rescue.

      Delete
  26. Wah sampe 20 jam yak huhu.. memang banjir di awal tahun ini membuat banyak aktifitas terganggu ya.. aku pas tahun baru di daerah cikarang dan balik ke jakarta 5 jam dong.. harusnya cuma 1 jam dan itu beberapa bagian dalam tol ada yang banjir, akhirnya muter muter deh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba, jadi musibah bersama banget lah banjir kali ini

      Delete
  27. NAh ini saudaraku dari Karawang ke Bekasi aja lebih dari 15 jam baru sampai rumah, karena jalan di mana-mana di tutup

    ReplyDelete
  28. Sedih denger banjir dimana-mana dan ada juga yang memilih bertahan ga mau dievakuasi. Bismillah semoga semuanya lancar dan alhamdulillah terlewati dengan baik ya Mba.
    20 jam lama juga ya, jadi ingat pas di Bali tahun baru mau balik 9 jam juga nugu biasanya cuma 10.menitan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wow, biasanya cuma 10 menitan jadi 9 jam sih kesel banget ya itu mba

      Delete
  29. Wah lama banget ya 20 jam, udah hampir seharian aja, padahal cuma dari garut menuju jakarta. Ya semoga permasalahan cepat terselesaikan biar semua aktivitas bisa kembali normal.

    ReplyDelete
  30. aku sebel sama yang lagi ada banjir malah ribut bertengkar saling menyalahkan, pdhal kata bmkg curah hujannya emang tinggi banget,,


    mbak sinta stay safe yaaa :* semoga ga banjir lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya lagian ga ada gunanya juga debat dan cuma nyalahin. Mending action!

      Delete
  31. Gilee mbak, memang ssngeri itu ya banjir awal tahun ini. Aku ngamatin dari berita dan twitter aja udah gedeg dan duh gak kebyang kalo ngalamin sendiri. Moga2 strong teruss buat semua korban..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa mba, parah sih banjir kali ini menurutku

      Delete
  32. Tahun baru diberi anugerah banjir, saya tidak bisa keluar rumah karena terkepung banjir. alhamdulillah banjirnya tidak sampai ke daerah saya. ya dikasih hujan syukuri aja.

    ReplyDelete
  33. Waduh kak, pengalaman kurang mengenakkan di awal tahun. Ikut deg-degan juga baca cerita, jadi ikut khawatir gimana nasib kakak dan anak-anaknya. Memang sih, ini musibah yang penyebabnya kompleks, gak bisa menyalahkan satu pihak saja. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Semoga tahun depan tidak terjadi lagi seperti ini dan tidak ada korban-korban yang terjebak seperti di dalam bis ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asli, ga enak banget ini pengalaman di awal tahun mas

      Delete
  34. Wah, pemda Garut keren, melarang kembang api dinyalakan. Aku juga ga suka sih. Dan kadang setengah becanda, setelah pesta kembang api pasti hujan lebat, karena awan marah setelah diledakkan berkali-kali.

    Syukur alhamdulillah ya, meski 20 jam, akhirnya sampai di rumah kembali.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba, Pemda Garut melarang sih perayaan tahun baru dengan kembang api karena mungkin banyak warga yang terganggu juga

      Delete
  35. Menurut saya yang selama kurang lebih 8 tahun tinggal di Jakarta, tahun baru kemarin adalah bencana banjir yang paling parah di Jakarta. Biasanya banjir Jakarta terjadi di beberapa titik saja, namun pada tahun ini banjir seakan diabaikan dan tidak menjadi fokus perhatian pemerintah daerah, bisa dilihat sendiri dengan dipotongnya anggaran penanggulangan banjir.

    Banyak mobil yang ikut terseret derasnya arus banjir, titik banjir semakin melebar kemana-mana.. Apakah masyarakat yang terkena dampak tsb akan dapat asuransi? semoga pemerintah BIJAK dalam hal ini.

    Dan semoga kejadian parah seperti ini tidak terjadi Lagi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali mas, saya juga sebagai warga Jakarta merasa banjir kali ini cukup parah dan lebih meluas sih.

      Delete
  36. iya betul... pasca banjir, masa aku langsung nemu warga yang buang sampah masih di selokan... kan gak jera

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tenggelamkan aja kak yang kaya gitu, gak cape apa banjir melulu akibat ulah kaya gitu

      Delete
  37. semoga dengan adanya banjir di awal tahun 2020 pemerintah Jakarta dan sekitarnya meningkatkan kesigapan dan pompa airnya bisa berfungsi dengan baik

    ReplyDelete
  38. Parah juga banjirnya ya Mbak, sampai-sampai perjalanan jadi 20 jam. Semoga ke depan bisa diantisipasi sebelum musim hujan datang

    ReplyDelete
  39. semoga jadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih menjaga lingkungan masing-masing yaa...
    Serta lebih siap apabila terjadi hal seperti ini

    ReplyDelete
  40. Peristiwa ini menjadi pembelajaran bersama agar kita sama-sama lebih peduli lagi dengan alam dan menjaganya sebaik mungkin.

    ReplyDelete
  41. Wah dramatis sekali. Tapi Alhamdulillah bisa keluar dari keadaan tak mengenakan tersebut. Apalagi bawa anak kecil. Terjebak macet memang gak karuan rasanya. Apalagi ditambah banjir. Moga kita selalu sehat walafiat, amin

    ReplyDelete